Kadek Arimbawa : Kombinasi Seni dan Politik

sENI dpd

Menjadi anggota DPD RI Perwakilan Bali menjadi tugas berat yang diemban Kadek Arimbawa. Namun, pria yang akrab disapa Lolak ini menikmati tugasnya. “Awalnya memang sulit karena saya harus beradaptasi dan melihat suasana di DPD. Tetapi, setelah beberapa bulan, saya mulai terbiasa. Tugas anggota DPD menyampaikan aspirasi dari daerahnya untuk diperjuangkan di pusat,” tandasnya. Lolak menuturkan dirinya tak bisa lepas dari tugas untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Bali. Aspirasi yang disampaikan biasanya yang berkaitan dengan isu-isu nasional. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kemacetan lalu-lintas di Bali.

“Semua perlu duduk bersama untuk menyatukan persepsi, apa yang akan dikerjakan. Jangan sampai saling menyalahkan. Bali ini kecil, jalan juga kecil. Untuk memperlebar jalan sangat sulit. Solusinya, manfaatkan sentral parkir dan angkutan umum,” ujar suami Dek Ulik, penyanyi pop Bali ini.
Lolak menuturkan ketika DPD melakukan kunjungan ke Korea Selatan, arus lalu-lintas tidak macet karena pengguna kendaraan pribadi dibatasi. Mereka memarkir kendaraannya di sentral parkir lalu berangkat menuju tempat kerja dengan angkutan umum atau bus yang lewat setiap 5 menit. Di Bali, pola ini bisa diterapkan, khususnya di wilayah Kuta karena sudah tersedia sentral parkir.

Kendaraan umum yang disiapkan ada dua jenis. Satu untuk angkutan regular yang memuat penumpang yang akan berangkat menuju tempat kerja. Satu lagi untuk wisatawan. Angkutan untuk wisatawan ini bisa didesain khusus dengan ciri khas Bali sehingga sambil melintasi jalanan, wisatawan bisa melihat suasana Kuta. Untuk mendukung ide ini, Lolak siap memfasilitasi dengan mengadakan seminar atau sarasehan.

Pria asal Klungkung ini menambahkan, dirinya tidak lupa kawitan (leluhur). Karena itu, ia ingin berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi Bali. Terkait usulan jalan alternatif untuk menghindari kemacetan di jalur Nusa Dua-Sanur, ia mengatakan semua pihak perlu duduk bersama. “Ada dua usulan yang sudah dikaji. Pertama membangun jembatan dengan biaya Rp 1,3 triliun, kedua membuat jalan di pinggiran hutan bakau dengan biaya Rp 700 miliar. Dari kedua kajian ini perlu dibicarakan lagi. Satu hal lagi, jangan sedikit-sedikit membenturkan program dengan bhisama. Kalau memang melanggar bhisama, mari suarakan bersama-sama. Tetapi, kalau hasil akhirnya bermanfaat bagi semua kepentingan, mari laksanakan,” paparnya.

Lolak juga memberi perhatian khusus bagi Nusa Penida. Selama reses di Bali, ia menyempatkan diri datang ke Nusa Penida. Ketika masyarakat menyampaikan keluhan tentang harga rumput laut yang dipermainkan tengkulak, Lolak siap memberi solusi. Ia sudah mengontak pengusaha rumput laut yang siap membangun pabrik di Nusa Penida. Namun, semua itu harus melalui penelitian dan kajian komprehensif.

Di sela-sela kesibukan sebagai senator, Lolak masih menyempatkan diri melakoni dunia seni. “Kalau ada di Bali, saya pasti nari. Kombinasi seni dan politik sangat luar biasa. Pernah ada yang menanyakan saya, apakah saya lolos sebagai anggota DPD karena popular sebagai seniman, saya jawab ya. Untuk menjadi wakil rakyat, orang harus popular dan populis. Saya kombinasikan keduanya dan saya bekerja untuk itu. Kalau saya diam saja saat pemilu, mungkin tidak ada yang memilih,” tuturnya seraya mengatakan Dek Ulik juga masih menyanyi walaupun tidak sesering dulu. –wah

SUMBER : CYBER TOKOH Senin, 01 Februari 2010

Tinggalkan komentar